ALINEA


ALINEA

PENGERTIAN ALINEA

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
MACAM-MACAM ALINEA
 
Jenis Paragraf
     Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
     Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif
     Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

Contoh paragraf deduktif
" Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.

B. Paragraf Induktif
     Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif ."

" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya."

C. Paragraf Deduktif-Induktif
     Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

Contoh Paragraf Deduktif-Induktif :
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."

D. Paragraf penuh kalimat topik
     Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
     Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya,  alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.

o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”

o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”

o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.

o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.



3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
     Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

1) Paragraf Pembuka
     Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

     Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.

2) Paragraf Pengembang
     Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

3)Paragraf Penutup
     Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya




SYARAT-SYARAT ALINEA

1. Kesatuan paragraf
Contoh yang jelas kesatuannya.
Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Tidak seorang pun yang tidak mengalami kehidupan seperti itu dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seorang anak adalah perwujudan cinta kasih orang tua. Secara alamiah, orang tua mempunyai rasa cinta terhadap anak. Bagaimanapun keadaannya, orang tua tetap akan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.
Yang tidak jelas kesatuannya:
(1) Seminggu yang lalu dipenuhi hari-hari pertarungan tidak hanya di medan pertempuran Iran-Irak tetapi juga di meja perundingan ekonomi internasional. (2) Dollar AS terus menyerang menyudut Yen Jepang dan Mark Jerman Barat. (3 ) AS sudah lama bekerjasama dengan Jerman Barat mengenai penempatan rudal-rudal berjarak sedang itu di beberapa kota di Jerman Barat. (4) Tetapi AS belum tentu akan menang, sementara korban yang menderita diperkirakan tidak hanya ekonomi Jepang dan Jerman Barat.

2. Koherensi
Maksudnya : keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Paragraf di bawah ini paragraf tanpa koherensi.
Besarnya dana untuk membangun AL yang dikeluarkan pemerintah Federal dalam periode tersebut dimaksudkan untuk mendukung politik luar negeri AS dalam periode yang sama, yaitu:
1. untuk menjamin dana memperluas ruang lingkup Doktrin Monroe terutama untuk wilayah Karibia,
2. untuk memperoleh wilayah Terusan Panama,
3. untuk menjamin “Politik Pintu Terbuka” terhadap Cina dan meningkatkan kepentingan AS di Timur Jauh, dan
4. untuk membantu memelihara keseimbangan kekuatan Eropa.

Kesatuan dalam paragraf itu, dibentuk tanpa koherensi tetapi melalui rincian gagasan utama,“dana dimaksudkan sebagai pendukung politik luar negeri AS”.
Kesatuan paragraf yang memerlukan koherensi itu dapat diperhatikan melalui hal-hal berikut:
a. Pengulangan (Repetisi)
Contoh :
Secara kultural kita terlihat dalam suatu situasi transformasi yang besar, pesat, dan menyeluruh. Besar karena ia terjadi secara serentak di hampir segala penjuru dunia, pesat karena ia terjadi dalam tempo yang kadang-kadang tak terkendali, menyeluruh karena ia menyangkut segala bidang kehidupan, pengetahuan, ekonomi, teknologi, politik, bahasa, kesenian, dan religi. Transformasi itu adalah transformasi kultural karena manusia adalah awal dan tujuan serta sebab dan penderita dari situasi itu. Kata- kata transformasi, besar, pesat, dan menyeluruh disengaja pengulangannya guna penekanan gagasan pada kata-kata yang diulang tersebut.

b. Penggunaan kata ganti
Contoh :
Dengan penuh kepuasan Pak Marto mendatangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa bulan lagi ia akan memetik hasilnya. Sudah terbayang di matanya orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di dalam rumah. Tentu anaknya, Suni dan calon menantunya, Acep , akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah ittentu dapat menghantarkan mereka ke mahligai perkawinan.

c. Penggunaan Kata Penghubung
Penggunaan kata penghubung koherensi paragraf dilakukan penulis apabila :
1. kesulitan dalam menggunakan repetisi dan kata ganti,
2. paragraf itu tidak menekankan gagasan tetapi lebih bersifat memperjelas,
3. menjaga kesatuan paragraf dan juga memperhatikan kesinambungan dengan paragraf selanjutnya, dan
4. upaya penulis mengarahkan gagasan pada keterangan yang menyatakan hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan sebab, hubungan singkatan, hubungan tujuan, hubungan waktu, dan hubungan tempat.

Contoh :
Praktek menyampaikan gugatan jarang terjadi karena akan banyak memerlukan tenaga hakim. Oleh karena itu, rencana pemerintah melipatgandakan hakim baru akan banyak membantu mereka yang tidak mampu secara ekonomis di dalam pengadilan. Dengan demikian, kecenderungan masyarakat untuk berpendapat bahwa hukum hanya untuk orang kaya saja akan berkurang.

Pada contoh paragraf di atas kata penghubung yang digunakan adalah frase penghubung oleh karena itu, dan dengan demikian, sehingga cenderung menunjukkan hubungan sebab ( kausal ).

Sumber : 
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
http://niaas8.wordpress.com/2010/11/05/alinea-paragraf/
http://virgiawanfauzi.blogspot.com/2012/10/alinea.html

Baca Selengkapnya...

KALIMAT


KALIMAT

 

PENGERTIAN KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
atau bisa disebut Kalimat itu adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat.Bagi seorang pendengar atau pembaca, kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung makna atau pikiran.Sedangkan bagi penutur atau penulis, kalimat adalah satu kesatuan pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami.Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA
·         Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
·         Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
·         Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.
·         Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.
BEBERAPA CIRI KESEPADANAN
·         Mempunyai struktur jelas.
·         Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
·         Tidak terdapat subjek ganda.
·         Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan
·         Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.
·         Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat
Mestinya
·         Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
·         Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK
·         Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
·          Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
·         Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh Kepararelan:
1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar
3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
·         Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
·         Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
·         Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
·         Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
Ø  Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
Ø  Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
Ø  Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
Ø  Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
Ø  Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
Ø  Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah
4. KEHEMATAN KATA
o   Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi  kata menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
o   Menghilangkan pengulangan subyek
o    Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
o   Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o    Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
1.    Contoh Menghilangkan pengulangan subyek
o   Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya menggilangkan kata ia
1.    Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
o   Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah
Mestinya menggilangkan kata warna
1.    Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o   Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya menggilangkan kata ke atas
Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
o   Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
5.KESATUAN GAGASAN
o   Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
o   Contoh:
o   Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
6.KELOGISAN
o   Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
o   Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
o    Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
o    Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.

UNSUR KALIMAT

Unsur kalimat adalah: Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O), dan Keterangan (K).
    A. Subyek: Subyek adalah unsur kalimat yang menunjukkan pelaku.
     Subyek dapat berupa
        1) kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)
              Contoh:
         Pertemuan itu  ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu, kata benda)
         Panasnya sangat menyengat. (Subyek,  Panasnya, kata keadaan yang dibendakan)
         Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subyek,  Mahasiswa yang pemalu, frasa)
      2) Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di     antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek. 
              Contoh:
               Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)  
               Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)
       3) Subyek berupa jawaban atas pertanyaan apa yang dan siapa yang.
               Contoh:
               Buku itu  saya serahkan.
               Saya menyerahkan  buku  itu. 
        4) Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung
kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
             Contoh:
     Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah  terbukti bahwa ia mencuri.   
Dari hasil laboratorium diketahui  bahwa golongan darah mereka sama. 
6)  Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.           
                         Dia bukan dokter melainkan produser film.            
     B. Predikat: 
Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu subyek melakukan apa atau subyek dalam keadaan bagaimana. Predikat dapat berupa kata atau   frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula nomina atau frasa nominal.

1)  Predikat berupa kata (kata benda,  kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:
a)      Predikat berupa kata benda atau frasa nomina
                                    Mereka itu mahasiswa.
                                    Bapak itu pimpinan perusahaan
b)      Predikat berupa kata kerja atau frasa verba
                                    Mereka belajar di teras rumah.
            Dia datang memenuhi janjinya.
c)      Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
                                    Mereka malas ke sekolah pagi ini.
                                    Harganya mahal sekali. 
d)      Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.
                                    Kenaikan rata-rata 5 %.
                                    Jumlah penonton sekitar seribu orang.
2)      Predikat itu merupakan jawaban atas mengapa atau bagaimana. 
Mereka sedang berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menarik.
3)      Permutasian Predikat dengan Subyek
                    Dosen itu datang terlambat.
                    Datang terlambat dosen itu.
4)      Predikat dapat didahului kata (-kata) keterangan aspek atau modalitas.
                  Orang itu (sudah, akan, belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.
5)      Peran dalam predikat
    Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a)  Pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)
b)  Perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
i)      Subyek dapat ditiadakan
ii)     Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii) Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang,pergi,gerak, dan tenang.
iv)     Partikel  lah mempertegas (kalimat) perintah
v)    Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan, sepeti contoh:
                                                    Harap tenang!
                                                    Perhatikan baik-baik!
                                                    Jangan dibagikan dahulu!
c)      Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.
i)      Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam semua contoh
ii)       Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan
                       Contoh: Marahkah dia?
iii)      Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
                        predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan
                        Contoh:  Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
                                          Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
iv)       Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
  dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
                     Contoh: Apa isi surat ini?      
 C. Obyek
          Unsur Obyek melengkapi kesempurnaan kalimat aktif transitif.
               Kehadiran Obyek merupakan suatu keharusan.
              1)  Obyek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif  
                    Contoh: Nurul menimang adik.
                                 Dia menceritakan pengalamannya.
  2)  Obyek selalu terletak di belakang predikat dengan pola
                    subyek – predikat – obyek atau pola predikat – obyek – subyek.
                    Contoh: Mereka mendiskusikan GBHN
                                Mendiskusikan GBHN mereka?
3)  Obyek tidak boleh didahului oleh kata depan atau kata penghubung kecuali  kata bahwa yang sebenarnya lebih menunjukkan kenominalan obyek
                    Contoh: Dia menceritakan bahwa pengalamannya selama 
                                 setahun di tahanan lebih banyak dukanya daripada sukanya. 
4)      Obyek ditempati oleh jenis kata benda, frasa nomina, dan klausa nomina. Obyek dalam kalimat aktif transitif dapat berubah menjadi subyek dalam kalimat pasif dengan pergantian awalan me- menjadi awalan di- pada unsur predikat.Tetapi, tidak semua kalimat pasif mempunyai obyek. Selain itu, obyek pada kalimat aktif transitif disebut obyek penderita atau yang dikenai tindakan dari unsur subyek.  Obyek yang terdapat pada kalimat pasif merupakan obyek pelaku dengan sasarannya unsur subyek.
   D. Keterangan: 
      Keterangan (Ket. ) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat.             
      Unsur Ket. dapat berfungsi menerangkan
               Subyek, Predikat, Obyek, dan Pelengkap. Posisinya dapat di awal, di
               tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket. adalah frasa nominal, frasa
               preposisional, adverbia, atau kausa. 
               Contoh:
                            Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.
                            Rustam sekarang sedang belajar.
                            Karena hujan, saya tidak pergi. 

POLA KALIMAT DASAR

Kalimat yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling kompleks adalah yang berpola  S-P-O-Pel-Ket.
Contoh: 
1.      S-P: Saya mahasiswa.
2.      S-P-O: Rani mendapat hadiah.
3.      S-P-Pel: Beliau menjadi ketua koperasi.
4.      S-P-Ket: Kami tinggal di Jakarta.
5.      S-P-O-Pel: Dia mengirimi ibunya uang.
6.      S-P-O-Ket: Riska menyimpan uang di bank.
7.      S-P-O-Pel-Ket: Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang. 
 
MACAM-MACAM KALIMAT

Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif).
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
1. Mahasiswa berdiskusi
    S: KB + P: KK
2. Dosen ramah
    S: KB + P: KS
3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
    S: KB + P: Kbil

Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
                                                               S               P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
                                        S             P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
               S                          P

Memperluas kalimat tunggal kemungkinan diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:

 1. keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
 2. keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin   sore, dan minggu kedua bulan ini;
 3.  keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
 4.  keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
 5.  keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
 6.  keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
 7.  keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
 8.  keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
 9.  frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1.     Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.

2.     Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.

3.    Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.

4.   Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.

C. Kalimat Majemuk tidak Setara
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini. 

 Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.

Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya.

D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.


JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)

Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).

A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.


B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.


C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1.     Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2.    Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.


JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.


A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif                         : Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif                       : Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.


B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif           : Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif         : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?


C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif                       : Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif                     : Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.


D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif                             : Bukan main, cantiknya.
Negatif                            : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.




KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.


A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
1.   Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
2.   Tidak terdapat subjek yang ganda
3.    Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
4.    Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.


B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,


C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1.      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
2.      Membuat urutan kata yang bertahap
3.      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
4.      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
5.      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).


D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek
2.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat  pada hiponimi kata.
3.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
4.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.


E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.


F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.      Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3.      Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.



SUMBER  : 
http://apriliana-semester4.blogspot.com/2012/12/kalimat-efektif.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/03/bahasa-indonesia-unsur-unsur-kalimat.html
http://virgiawanfauzi.blogspot.com/2012/10/kalimat.html

Baca Selengkapnya...

Mengenai Saya

Foto saya
Tinggal disebuah gubuk kecil yang terletak disuatu kota.

Statistik

Diberdayakan oleh Blogger.