KALIMAT
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran
yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan,
kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda
seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,),
titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan
tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud
lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan.
Tanda baca sepadan dengan jeda.
atau bisa disebut Kalimat itu adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat.Bagi seorang
pendengar atau pembaca, kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung makna atau
pikiran.Sedangkan bagi penutur atau penulis, kalimat adalah satu kesatuan
pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami.Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami.Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Ciri-ciri kalimat
efektif:
1. KESEPADANAN STRUKTUR
BAHASA
·
Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan
struktur bahasa yang digunakan.
·
Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
·
Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya
hanya ada satu ide pokok.
·
Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal,
tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.
BEBERAPA CIRI
KESEPADANAN
·
Mempunyai struktur jelas.
·
Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan
tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
·
Tidak terdapat subjek ganda.
·
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh
Kesepadanan
·
Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki
surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.
·
Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani.
à unsur S-P-O tidak berkaitan erat
Mestinya
·
Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat
izin mengemudi.
·
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
2. KEPARALELAN ATAU
KESEJAJARAN BENTUK
·
Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat.
·
Bila bentuk
pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan
nomina.
·
Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh
Kepararelan:
1. Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian
sistem pembagian air, dan menata ruang.
2.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar
3. KETEGASAN ATAU
PENEKANAN KATA
·
Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
·
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2.
Melakukan pengulangan (repetisi)
3.
Melakukan pengontrasan kata kunci
4.
Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang
ditonjolkan di awal kalimat.
·
Sumitro menjelaskan bahwa
manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
·
Persoalan itu dapat
diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
Ø
Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita
tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
Ø
Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan
mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi
juga dimensi politik, dimensi sosial,
dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata
kunci
Ø
Informasi ini tidak bersifat sementara,
tetapi bersifat tetap.
Ø
Peserta kegiatan ini adalah laki-laki,
bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
Ø
Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan
masalah itu
Ø
Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat
berangkat ke sekolah
4. KEHEMATAN KATA
o Kehematan adalah
upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat
berisi.
Dapat
dilakukan dengan cara:
o Menghilangkan
pengulangan subyek
o Menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata
o Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat
o Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang
sudah jamak
1. Contoh
Menghilangkan pengulangan subyek
o Karena
ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya
menggilangkan kata ia
1. Contoh
Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
o Mira
adalah gadis yang memakai bajuwarna merah
Mestinya
menggilangkan kata warna
1. Contoh
Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o Jangan
naik ke atas karena licin.
Mestinya menggilangkan
kata ke atas
Kehematan dengan tidak
menjamakkan kata yang sudah jamak
o Ia
mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
5.KESATUAN GAGASAN
o Kesatuan
gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
o Contoh:
o Berdasarkan
agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai
baru.
6.KELOGISAN
o Kelogisan
adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai
EYD.
Contoh:
o Karena
lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
o Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami
persilakan.
o Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.
UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah: Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O), dan Keterangan (K).
A. Subyek: Subyek adalah unsur kalimat yang menunjukkan pelaku.
Subyek dapat berupa
1) kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)
Contoh:
Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu, kata benda)
Panasnya sangat menyengat. (Subyek, Panasnya, kata keadaan yang dibendakan)
Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subyek, Mahasiswa yang pemalu, frasa)
2) Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek.
Contoh:
Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)
Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)
3) Subyek berupa jawaban atas pertanyaan apa yang dan siapa yang.
Contoh:
Buku itu saya serahkan.
Saya menyerahkan buku itu.
4) Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung,
kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
Contoh:
Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah terbukti bahwa ia mencuri.
Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darah mereka sama.
6) Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.
Dia bukan dokter melainkan produser film.
B. Predikat:
Predikat
adalah bagian kalimat yang memberitahu subyek melakukan apa atau subyek
dalam keadaan bagaimana. Predikat dapat berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula nomina
atau frasa nominal.
1) Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:
a) Predikat berupa kata benda atau frasa nomina
Mereka itu mahasiswa.
Bapak itu pimpinan perusahaan
b) Predikat berupa kata kerja atau frasa verba
Mereka belajar di teras rumah.
Dia datang memenuhi janjinya.
c) Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
Mereka malas ke sekolah pagi ini.
Harganya mahal sekali.
d) Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.
Kenaikan rata-rata 5 %.
Jumlah penonton sekitar seribu orang.
2) Predikat itu merupakan jawaban atas mengapa atau bagaimana.
Mereka sedang berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menarik.
3) Permutasian Predikat dengan Subyek
Dosen itu datang terlambat.
Datang terlambat dosen itu.
4) Predikat dapat didahului kata (-kata) keterangan aspek atau modalitas.
Orang itu (sudah, akan, belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.
5) Peran dalam predikat
Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a) Pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)
b) Perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
i) Subyek dapat ditiadakan
ii) Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii) Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang,pergi,gerak, dan tenang.
iv) Partikel lah mempertegas (kalimat) perintah
v) Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan, sepeti contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
Jangan dibagikan dahulu!
c) Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.
i) Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam semua contoh
ii) Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan
Contoh: Marahkah dia?
iii) Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan
Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
iv) Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
Contoh: Apa isi surat ini?
C. Obyek
Unsur Obyek melengkapi kesempurnaan kalimat aktif transitif.
Kehadiran Obyek merupakan suatu keharusan.
1) Obyek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif
Contoh: Nurul menimang adik.
Dia menceritakan pengalamannya.
2) Obyek selalu terletak di belakang predikat dengan pola
subyek – predikat – obyek atau pola predikat – obyek – subyek.
Contoh: Mereka mendiskusikan GBHN
Mendiskusikan GBHN mereka?
3) Obyek tidak boleh didahului oleh kata depan atau kata penghubung kecuali kata bahwa yang sebenarnya lebih menunjukkan kenominalan obyek
Contoh: Dia menceritakan bahwa pengalamannya selama
setahun di tahanan lebih banyak dukanya daripada sukanya.
4) Obyek ditempati oleh jenis kata benda, frasa nomina, dan klausa nomina. Obyek dalam kalimat aktif transitif dapat berubah menjadi subyek dalam kalimat pasif dengan pergantian awalan me- menjadi awalan di-
pada unsur predikat.Tetapi, tidak semua kalimat pasif mempunyai obyek.
Selain itu, obyek pada kalimat aktif transitif disebut obyek penderita
atau yang dikenai tindakan dari unsur subyek. Obyek yang terdapat pada
kalimat pasif merupakan obyek pelaku dengan sasarannya unsur subyek.
D.
Keterangan:
Keterangan (Ket. ) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat.
Unsur Ket. dapat berfungsi
menerangkan
Subyek, Predikat, Obyek, dan Pelengkap. Posisinya dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket. adalah frasa nominal, frasa
preposisional, adverbia, atau kausa.
Contoh:
Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.
Rustam sekarang sedang belajar.
Karena hujan, saya tidak pergi.
POLA KALIMAT DASAR
Kalimat
yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P.
Yang paling kompleks adalah yang berpola S-P-O-Pel-Ket.
Contoh:
1. S-P: Saya mahasiswa.
2. S-P-O: Rani mendapat hadiah.
3. S-P-Pel: Beliau menjadi ketua koperasi.
4. S-P-Ket: Kami tinggal di Jakarta.
5. S-P-O-Pel: Dia mengirimi ibunya uang.
6. S-P-O-Ket: Riska menyimpan uang di bank.
7. S-P-O-Pel-Ket: Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang.
MACAM-MACAM KALIMAT
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan
dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara(subordinatif), ataupun campuran
(koordiatif-subordinatif).
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek
dan satu predikat. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan satu predikat.
1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen ramah
S: KB + P: KS
3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Memperluas kalimat tunggal kemungkinan
diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu,
antara lain, terdiri atas:
2. keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
3. keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
4. keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
5. keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6. keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8. keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk
kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian
gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun,
meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar,
supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat
majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang
melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3)
kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali
unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu
anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati
segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini
berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat
dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat
perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan
dalam bentuk positif dan negatif.
A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur
ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan
informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda
baca titik).
Misalnya:
Positif : Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif : Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur
ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif : Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur
ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif : Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif : Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur
ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya,
ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda
seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif : Bukan main, cantiknya.
Negatif : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Sebuah kalimat efektif
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
1. Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau
penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada
berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
2. Membuat urutan kata yang bertahap
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam
kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa
kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan
kata. Perhatikan kalimat berikut.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah
kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
http://apriliana-semester4.blogspot.com/2012/12/kalimat-efektif.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/03/bahasa-indonesia-unsur-unsur-kalimat.html
http://virgiawanfauzi.blogspot.com/2012/10/kalimat.html
0 komentar:
Posting Komentar